Layar kaca kita sekarang penuh berita wanita cantik yang duduk di muka hakim dan penuntut umum. Wanita ini dengan memegang microphone fasih dan nada "polos" menjawab berbagai pertanyaan seputar korupsi yang melibatkan partai sedang berkuasa saat ini: "Tidak yang mulia. Itu bukan percakapan BB saya.  Saya tidak tahu yang mulia sebab baru punya BB baru tahun 2011... dst"
Sounds familiar kan ya? Aku ngakak beberapa kali mendengar jawaban datar si "wajah lugu" ini, suatu malam dalam siaran ulangan sidang pengadilan di TV.
Yah mestinya aku tak tertawa. Wanita ini sedang menghadapi "cobaan" dari yang Kuasa. Orang yang sedang mendapat cobaan tak pantas ditertawakan. Setidaknya begitulah menurut pengakuan dia pada salah satu status Twitternya. Dia sedang dizalimi dan berharap cobaan segera berlalu.
Benar atau tidak dia terlibat korupsi duit negara  puluhan milyar rupiah demi memenangkan seorang kandidat ketua partai, negara tercinta kita ini emang sedang sekarat digerogoti sel kanker  korupsi. Drama wanita cantik serta pendahulunya bernama Nazar yang anak kecil saja sampai tahu saking ngetopnya mereka, hanya sebagian kecil saja dari kasus korupsi yang muncul ke permukaan. Kasus mereka melibatkan duit yang sangat besar namun aku yakin ini cuma puncak dari gunung es. Yang terjadi di bawah permukaan dan tak terliput media jauh lebih besar lagi.
Korupsi Bermula dari Kecil.
Kasus korupsi tidak terjadi begitu saja dan tidak membesar secara tiba-tiba. Seperti halnya pertumbuhan sel kanker, ada waktu proses yang perlu dilalui sampai ke stadium 4-5 seperti sekarang. Mungkin awalnya pemberian hadiah sebagai ucapan terima kasih. Memberi parcel pada hari-hari istimewa atau kasih tips atas suatu pelayanan umum.
Setelah berbagai kebiasaan kecil ini jadi mapan, orang merasa terbiasa mendapat sesuatu secara "cuma-cuma". Mendapat sesuatu cuma-cuma itu ternyata enak. Tugas yang semestinya dilaksanakan sebagai eksekusi tanggung jawab tiba-tiba merasa perlu di hargai oleh materi. Apa lagi hadirnya kekuasaan dan privilege yang dimiliki sedikit orang tapi diinginkan oleh banyak orang. Cukup melakukan pertukaran yang dimediasi materi, kedua belah pihak akan terpuaskan kebutuhannya. Dengan menggunakan kekuasaannya, si penguasa dapat imbalan dari pengingin kekuasaan tersebut untuk melancarakan beberapa urusan yang bermuara pada keuntungan pribadi.
Bila tak ditangani dengan tepat, sel kanker itu mudah menjalar kemana-mana. Sebab pada dasarnya sifat sejati kemanusiaan kita adalah menginginkan yang enak-enak dengan cara yang mudah. Wanita cantik dalam TV itu tak perlu ngumpulin rupiah demi rupiah dari keuntungan jualan gula aren. Cukup melakukan berbagai macam lobby tahu-tahu rekeningnya sudah menggendut dan bisa belanja online sampai milyaran rupiah. Siapa yang tak mau? Siapa tak tergoda?
Berantas Korupsi dari Kecil
Tapi seberapa inginnya kita mendapat yang enak-enak dengan cara yang mudah, melakukan suap tetaplah perbuatan haram. Maka basmilah mereka sejak masih kecil. Yang bersalah dalam perbuatan suap bukan hanya yang menerima tapi juga yang memberi. Beberapa hal kecil yang sering kita lakukan dalam menyuburkan korupsi adalah:
  1. Memberi tips pada petugas PLN atau Telkom atau petugas lain yang sedang menjalankan tugas saat mereka datang untuk memperbaiki kerusakan dirumah kita.
  2. Memberi uang kepada petugas kelurahan agar surat-surat cepat selesai.
  3. Ogah menghadapi sidang tilang karena repot dan memilih membayar di tempat.
Daftarnya bisa jadi sangat panjang. Namun baru segitu yang bisa terpikir olehku saat ini. Satu yang jelas, kita harus membangun kebiasaan agar tak mudah menginginkan segala sesuatu jadi mudah. Jika memang harus menghadapi sidang tilang karena melanggar peraturan rambu lalu lintas, pergilah ke pengadilan. Jangan membayar pak Polisi agar membatalkan surat tilang. Orang lain mungkin tak ada yang tahu, tapi Dia yang tak pernah tidur Diatas Sana, melihat apa yang kita lakukan. Mudah-mudahan dengan terus menerus menyadarkan diri sendiri, kita bisa menulari orang-orang terdekat untuk ikut memerangi korupsi dari level terendah.
Pendapat kawans gimana?
Salam, Evi Bisnisnya gula aren :)
Label:

Post a Comment

  1. baru kemarin saya mbaca postingan mas iman tentang kasus yg kurleb sama, dan dia membuat satu ilustrasi yang sangat manusiawi.

    dan jika dimulai dari diri sendiri, maka saya jelas2 termasuk yang mendukung tumbuh suburnya korupsi karena saya masih rajin memberi tip pada petugas speedy pabila speedy saya matek.

    Apalagi, saya tidak menganggap itu sebagai sogokan, tapi semata sebagai ucapan terima kasih karena cepat tanggap dan ga tega juga kayak kemarin sampai nelusuri kabel dari ujung ke ujung eh ga taunya digigiti tikus. dan kami pun tau bahwa sebenarnya itu BUKAN tugas mereka, cuma karena ketidaktahuan, karena kami ngotot itu kerusakan dari mereka, maka si bapak itu dengan sukarela menelusuri kabel. Dia tidak meminta, tapi kami memberi karena berterima kasih atas ketelitiannya, yang mungkin bagi sebagian orang ya wayahna toh?!
    banyak kok petugas yg datang, tpi cuma bilang ... ini baik2 saja kok, ditinggal pergi. Jadi apakah SALAH jika memberi tip pada yang sudah berbaik hati?

    Akan saya sebut korupsi pabila, saya nyelipin uang dulu baru dia bekerja. Blom tau hasilnya dah ngasi duit? No! Bukan saya banget.

    Kalau untuk pelanggaran lalin sih udah bisalah disiplin, wong udah tau lika liku ngambil sim yg ditahan hehehe ...

    begitu ya, cukup panjang hiihhi maaf jika kurang berkenan :)

    ReplyDelete
  2. Iya Mbak Nique, korupsi itu awalnya emang gitu, gak dari korupsi. Tapi dari rasa kasihan kita, kok ya dia sudah susah payah memperbaiki ini itu di tempat kita tapi kok ya cuma digratisin..Pemberian tips akan jadi kebiasaan, baik bagi pemberi maupun penerima. Lama-lama akan terbentuk standar sendiri bahwa setiap petugas yg menolong kita "wajib" kita beri, kalau gak, kok kasihan amat yah..Habit ini juga akan mendarah daging bagi penerima Mbak Nique..

    Tapi yah, memulai memberantas korupsi emang tidak bisa semua disama ratakan. Tergantung nilai2 yg kita anut juga sih :)

    ReplyDelete
  3. Orang2 kadang2 njarag kok. Sudah tahu kalau naik sepeda motor/mobil harus pakai SIM..yo gak bawa, malah ada yang nekat karena memang tidak/belum punya SIM.

    (Dulu) Saya aja yang CPM punya 4 SIM , C dan A, SIM ABRI A dan C, padahal dulu gak ada yang berani nangkap lho ha ha ha ha.
    Jika SIM kita lengkap, STNK ada, Helm pakai, sabuk pengaman pakai, alat perlengkapan lain pakai kan ayem. Mbok ada polantas sak batalyon yang nyegat yo tenang saja, wong memang sudah siap semuanya.

    Coba yang gak punya SIM/STNK..ada cegatan langsung blingsatan, cari jalan tikus, jalan kucing, akhirnya nabrak cewek yang sedang ndekem di toilet.

    Dari diri kita juga perlu membentengi diri dengan budaya malu agar korupsi tak berkembang terus.
    1. Malu kalau naik spm/mobil gak bawa SIM/Helm.
    2. Malu kalau ngganthol listrik
    3. Malu kalau di dekat mejanya ada kotak bertuliskan " Sevis dulu baru main".

    Terima kasih jeng, suda mengingatkan kita semua.
    Salam

    ReplyDelete
  4. Saleum,
    Coba saja kalau hukum tegas dujalankan, pasti korupsi gak bakal jalan.

    ReplyDelete
  5. contohnya, berani gak indonesia menerapkan hukuman mati pada pelaku korupsi? jika itu dilaksanakan pasti banyak koruptor bertobat....

    ReplyDelete
  6. masalah yang CPM ga kayak pakde semua.
    bukan berita baru kan modal kepala plontos aja numpak kereta maunya GRATIS :D
    dan contoh2 lainnya itu deh heheeh


    *peace yo Dhe*

    ReplyDelete
  7. hehhee.... sayangnya pemerintah kita gak ada yang bernyali untuk menerapkannya hukuman mati Om...

    ReplyDelete
  8. benar juga mba, tergantung nilai2 yang kita anut.

    dan gawatnya, selama persepsi setiap orang tidak sama, pastinya tentang KORUPSI itu jadi malah BLUR. Klo baru persepsi sudah blur, gimana pelaksanaannya?

    ya kan?

    ReplyDelete
  9. itulah,.... itu sebabnya korupsi itu tak bisa jauh dari pejabat kita, bahkan jika Jendral Naga Bonar ada sekalipun tak bakalan mampu menindaknya jika hukum indonesia masih tajam ke bawah tumpul ke atas..

    ReplyDelete
  10. Komentar ini telah dihapus oleh penulis.

    ReplyDelete
  11. entah dia benar entah salah, cuma dirinya dan Tuhan yang tahu
    jika memang salah sebaiknya mengaku bukan malah membuat kebohongan, ahh saya lupa, kalau semua penjahat mengaku penjara penuh ya Bu :)
    kalaupun ternyata dia di pihak yang benar, mudahmudahan dimudahkan jalannya membuka kebenaran yang sebenarbenarnya

    ReplyDelete
  12. sepakat dan sependapat, korupsi harus diberantas mulai dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil dan dari sekarang. Dan meski korupsi tidak dimasukan dalam daftar dosa besar yang kita pelajari selama ini, tapi beratnya beban yang harus dipikul pelakunya sungguh tiada terkira beratnya. Selain ia harus bertanggung jawab kepada Allah, mengembalikan seluruh yang dikorupsinya juga meminta maaf kepada masyarakat yang duitnya ia korupsi. berapa banyak orang yang harus ia datangi, bahkan siapa saja tidak jelas. Padahal, padahal, Allah belum akan memaafkan sebelum hamba yang terdzolimi yang mau memaafkan. Astaghfirulloh!

    ReplyDelete
  13. Perbedaan manusia dari komputer adalah, kita punya intuisi, Mb Nique. Dengan intuisi kita bisa memilah apa yg boleh dan tak boleh dilakukan berdasarkan nilai-nilai yg kita terima. Dalam tatanan aplikasi kadang, empati mengambil alih, mempertimbangkan belas kasihan, asaz dan patut. Bila nilai2 tak begitu sempurna tertanam dalam perangai kita, maka akan selalu terjadi area abu-abu. Bikin segalanya jadi kabur. Bila hukum dibawa ke area ini, terjadi deh yg mestinya tak terjadi. Seperti suap diidentifikasi sebagai uang kebajikan :)

    ReplyDelete
  14. Iya Pakde, kalau segala sesuatu ditempatkan di tempatnya, gak bakal ada pelanggaran dan polisi gak akan punya pekerjaan hehehe...
    Masalahnya hukum tercipta kan karena ada pelanggaran, Pakde. Mungkin sdh kodrat kita pula selalu punya kecenderungan melanggar hukum. Asalnya mungkin karena berharap segalanya mudah, gak pake acara ribet. Pengen naik motor ya monggo naik saja, gak usah ngurus sim atau pakai helm segala. Ngurus sim kan pakai ujian segala. Beli helm kan pake duit..Yah sdh demi kesederhanaan cara berpikir mari kita melanggar hukum

    ReplyDelete
  15. Di negara kita masih berlaku hukuman mati. Sayangnya cuma dipakai untuk musuh2 politik, bukan untuk para koruptor. Mungkin karena koruptor banyak duit, punya kekuatan untuk menggodok bap dan butir undang2 dalam kitab hukum pidana. Sdh begitu, biasanya mereka juga menikmati duit hasil korupsi rame-rame. Maka akan timbul rasa solidaritas diantara sesama, mereka saling melindungi..Jadinya ya susah menerapkan hukuman mati kepada mereka..

    ReplyDelete
  16. Idiom bahwa setiap penjahat gak akan pernah mengaku kecuali terpojok berlaku dimana saja Miss Titi..Gak tahu lah dia salah apa tidak, tapi dari cara penuntutnya membeberkan rahasia rumah tangga mantan putri ini, kelihatannya dia kok pembohong besar ya? Kalau dia gampang berbohong di depan publik, pura-pura sedih hebat akibat kematian suami yg dicintainya yg ternyata tengah gencar dia mintai cerai, opini publik gak akan jauh2 dari penilaian bahwa ini orang bersalah :)

    ReplyDelete
  17. Mas Abi, saya kepengen banget MUI mengeluarkan fatwa bahwa uang hasil korupsi sama dengan daging babi, yaitu haram dimakan..Kalau sudah begitu dan di dengungkan terus menerus, ada harapan mereka akan sadar.
    Dan menurut saya, pemberantasan korupsi paling ampuh adalah kita memulainya dengan tidak pernah memberi suap untuk sekecil apapun..

    ReplyDelete
  18. saya punya cerita ttg petugas PLN bun, waktu memperbaiki meter listrik dia bilang gratis ya bu tidak dipungut biaya, tapi diucaokanberulang2 sampai lebih dari 3 kali. ya sudah jadinya saya kasih tips :)

    ReplyDelete
  19. negara kita pada sibuk dengan para pejabat-pejabatnya, sibuk dengan kasak kusuk korupsi sampe lupa dengan rakyatnya.. hehe :D

    ReplyDelete
  20. Namun tidak juga dapat di pungkiri para koruptor sekarang ini dengan mudah membentuk majelis dan ikut memakmurkan majelis Mba. Semoga hal ini dapat dipisahkan, karena hal itu merupakan proses pencucian dosa dan uang. "katanya, he,,,,,x9"

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    ReplyDelete
  21. kalau hukum di negeri ini dijalankan dan ditegakkan dengan benar, maka rumah tahanan penuh donk ?! he...x9

    ReplyDelete
  22. Bagaimana dengan yang membutuhkan kerja dan masuk sekolah dengan menggunakan uang pelicin Sob ? Karena kedua-duanya kena hukumnya tuh ? "sambil garuk kepala"

    ReplyDelete
  23. Semoga saja semuanya bisa sadar ya Mba ? habis pada pinter membuat menjadi abu-abu untuk masalah ini. he...x9

    ReplyDelete
  24. benr banget Mba Evi,korupsi harus di berantas dari diri sendiri..
    suka pusing kalo lihat membahas orang yang korup,teruss aja di bahas,

    ReplyDelete
  25. Betul sekali mbak. Makanya sekarang sulit diberantas karena sudah terlalu besar, melibatkan terlalu banyak orang. Mereka menggurita.

    Btw, ttg artis yg baru punya BB itu koq aneh ya. Masa sih orang kaya baru punya BB. Apa sosialita macam dia gak tergerak sama sekali sementara teman2 sepergaulannya sudah pada punya? Aneh ...

    ReplyDelete
  26. Ya ampun, masuk kerja dan masuk sekolah pakai uang pelicin, yah tetap saja melanggar atuh Kang..Gak masalah seberapa butuhnya kita, yang namanya suap tetap suap lah, gak ada yang lain. Sekarang tergantung kita akan melakukan hal tersebut karena terdorong kebutuhan atau kah berkompromi dengannya. Dan nilai kemanusiaan kita ditentukan disini :)

    ReplyDelete
  27. Hahaha..Cara halus meminta ya Mb Lid. Itulah Mbak, mereka berani melakukan tersebut karena telah terbiasa. Terbiasa diberi tips di tempat lain. Dan Mb Lid karena tak enak terdorong memberinya.
    Seperti aku katakan diatas, korupsi terjadi awalnya emang begini, gak disadari dan jumlahnya kecil. Tapi ini adalah bibit kanker ganas. Suatu hari perlu ketegasan kita untuk memberantasnya :)

    ReplyDelete
  28. Betul Dhe. Andai energi kasak-kusuk itu dialihkan untuk memperbaiki taraf ekonomi rakyat, mensejahterakan guru, memacu pertumbuhan ekonomi, dengan cepat rakyat akan makmur yah..Habis mo gimana lagi, emang baru segitu level bangsa kita, masih berkutat di kepentingan pribadi ketimbang memikirkan orang lain.Mudah2an generasi seperti dirimu akan lebih naik levelnya..Minimal mirip karakter negara maju gitu..Malu melakukan sesuatu yg akan merugikan orang lain. Amin :)

    ReplyDelete
  29. Emang agak mengherankan perangai mereka. Rajin beribadah tapi rajin pula mencuri. Seakan mereka gak punya pematang di dalam sana bahwa antara yg baik dan buruk punya suatu batasan. Duit korupsi dipakai untuk beramal...Hadeeehhh..Puyeng memberi penilaian hahaha..

    ReplyDelete
  30. Ya Mbak Nchie, memberantas korupsi itu lebih akan sangat efektif kalau dimulai dari diri sendiri. Singkirkan jauh-jauh perangai suka menyuap, lama-lama orang takan berharap mendapat suapan..Lah koruptor itu dapat duit kan karena ada yang menyuap. Ini yang selama ini luput dari ulasan media. Yang dianggap bersalah cuma yang menerima, tapi yg memberi tak pernah disinggung. Pokoknya penyuap dan yang disuap sama2 berjiwa korup, mereka koruptor!

    ReplyDelete
  31. Gurita itu punya soul Mas, soulnya adalah keinginan untuk mendapat segala sesuatu dengan mudah. Nah soul itu yg mesti kita racun dengan dosis tinggi. Lama2 gurita akan mati sendiri.

    Hahaha..Orang kalau berbohong emang gak nanggung2 ya Mas..Geli banget aku waktu itu. Dia pikir semua orang goblok kali yah, gampang dibohongi..

    ReplyDelete
  32. ada yang bilang, orang yang merokok pada saat bekerja itu termasuk korupsi... benar juga. setuju sekali

    ReplyDelete


Powered by Blogger.