Menjadi pilot adalah cita-cita Faiz sejak kecil. Alasannya sederhana saja, agar ia bisa keliling dunia naik pesawat secara gratis. Tapi seminggu terakhir, Faiz mulai berfikir untuk meralat cita-citanya. Dan semua berawal dari kecelakaan yang terjadi pada pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang melakukan ‘demo flight’ di Gunung Salak, Bogor, seminggu yang lalu. 

“Bunda, boleh tidak kalau Faiz berganti cita-cita?” 

“Boleh saja. Tapi kenapa, kok mendadak mau ganti cita-cita?” Bunda pura-pura tidak tahu kemana arah pembicaraan putra sulungnya. 
“Faiz takut mati, seperti pilot pesawat itu,” jawab Faiz polos sambil menunjuk ke arah televisi yang selalu menyajikan kabar terbaru dari proses evakuasi para korban pesawat naas ini. 

“Sayang, tidak ada satupun profesi di dunia ini yang anti mati. Mati bukanlah resiko dari sebuah pekerjaan, tapi satu kepastian” 


Faiz meminta penjelasan melalui tatapan matanya yang menggemaskan.

“Nak, setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Mereka yang menjadi korban pesawat Sukhoi itu meninggal bukan karena mereka berprofesi sebagai pilot atau pramugari. Juga bukan karena mereka naik pesawat. Mereka meninggal ( dengan cara seperti itu ) karena memang sudah menjadi ketetapan sejak mereka masih dalam kandungan ibunya masing-masing. Selain jenis kelamin dan rejeki, sudah tercatat dengan rinci kapan, dimana dan dengan cara bagaimana ia akan mati.”

“Mereka yang naik pesawat naas itu berasal dari negera berbeda. Juga profesinya berbeda. Tapi ada yang sama dan tidak mereka ketahui, bahwa hidup mereka akan berakhir di pesawat yang sedang melakukan uji terbang ini. Jika belum waktunya, pasti ada saja jalan dan alasan untuk tidak ikut dalam penerbangan ini. Seperti yang baru saja diberitakan, sebenarnya ada seorang pejabat yang juga dijadwalkan ikut dalam penerbangan ini namun dia terlambat datang karena harus mengikuti rapat penting dengan pejabat lainnya. Intinya, kalau sudah sampai saatnya, tak ada manusiapun yang mampu menunda ataupun memajukan, begitupun sebaliknya. Semua sudah tercatat jelas dan rinci di Lauhul Mahfuz.”

Bunda diam sesaat, melirik ke arah Faiz yang mengangguk-angguk lucu, sok paham.

“Bagaimana, apa masih mau ganti cita-cita lagi?”

Faiz menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, menyeringai.

"Begini sayang, tidak apa kamu sekarang bergonta-ganti cita-cita. Waktu seumurmu, Bunda juga kerap berganti cita-cita. Tapi Bunda ingatkan, satu saat kamu harus memilih satu dari beberapa cita-citamu agar kamu bisa fokus mengejarnya. Dan satu lagi, jangan berfikir ada satu profesi yang anti mati. Bagi makhluk hidup mati itu sudah pasti, tidak melihat tua muda, miskin kaya, pejabat atau rakyat biasa, juga tidak membedakan profesi.”

Oleh: Abi Sabila

*gambar dipinjam dari http://ipilottraining.blogspot.com/
Label:

Post a Comment

  1. Ngomong-ngomong tentang cita-cita, kayaknya dulu pas aku kecil kalo ditanya oleh guru banyak sekali teman-teman [termasuk aku] cita-citanya ingin menjadi Presiden, biar bisa terkenal. Lucu kalo mengingat kejadian dahulu. Ayo nak Faiz, lanjutkan cita-citamu ^_^
    *Mudah-mudahan korban kecelakaan SSJ100 bisa segera cepat ditemukan, dan keluarga korban diberi ketabahan. Aamiin.

    ReplyDelete
  2. waah Faiz keren cita cita nya..
    dulu waktu kecil aku ingin jadi pramugari..
    tapi takut sama kaya faiz hehe..

    Ayo Faiz semangat!!
    Raih cita cita nya..

    Semoga korban Sukhoi cepat di temukan
    Dan semoga buat keluarga korban di berikan ketabahan dan kesabaran..

    *curiga Faiz adalah abi waktu kecil*
    #kabuur..!

    ReplyDelete
  3. setuju kawan. tak ada yang anti MATI. sekarang aza makan itu sesuatu yang paling enak. tetapi makanan juga bisa bikin Mati!

    ReplyDelete
  4. pertanyaan anak-anak kadang membuat kita banyak belajar ya... :)
    Faiz anak pintar, dengan penjelasan bundanya yang panjang dia diam saja dan "mengangguk" hihi..
    menggemaskan

    ReplyDelete
  5. Hahahaha, kayaknya hamoir semua orang pernah ganti2 cita-cita ya? Saya dulu waktu masih SD pengen jadi astronot, kemudian pengen jadi ahli pertanian, kemudian pengen jadi apoteker. Eh, tahunya nyasar di dunia laboratorium. Sekarng kalau di tanya cita-cita, jawaban saya pengen bahagia dunia akherat saja deh.

    ReplyDelete
  6. faiz jadi pilot ajah deh, ntar ante niar kenalin sama sama kakak2 pilot temen dek faiz yaa :D *lho..

    ReplyDelete
  7. bundanya wise deh :)

    btw faiz cita2nya bagus dan masih rasional ya, soalnya koq anak2 kecil disekeliling saya cita2nya aneh2, ada yang mau jadi kecoa ada yang mau jadi pemulung :D

    ReplyDelete
  8. cita2 ku belum gantiii...masiih tetep pengen jadi ibu rumah tangga yang solehah :D *uhuk2*

    ReplyDelete
  9. ada yg pernh bilang... sebelum kita dilahirkan ada perjanjian antara kita dan Tuhan...

    jadi berpikir...... #dalam hati


    si belo : uda klihatan dr tampangx hahaha

    ReplyDelete
  10. cita cita jadi apa ya biar ga mati....:) lucu juga ya.. ceritanya... semoga cita citanya tercapai ya Nak...

    ReplyDelete
  11. huahhahaha...bundaaaaaaaa, emang tampang gue kenape dah? :p
    mirip emak2 lagi ngulek sambil goyang indie ye :p :P

    ReplyDelete
  12. nah cita-cita yang sudah seperti saya ini bgaimana ya?
    masihkah boleh gunta ganti or harus jadio
    hhehehe :)
    mikir sendiri

    ReplyDelete
  13. Bundanya keren... Pengen deh jadi bunda yang bijak kayak bundanya Faizzz.. hihihi

    ReplyDelete
  14. kalo gw cocoknya jadi apa mbok ting ting?

    ReplyDelete
  15. heha...
    cita-cita masa kecil menurut aku sih karena kepengin apa yg dilihat olehnya.
    misal liat ABRI pengin jadi abri, liat dokter pengin jadi dokter dll

    ReplyDelete
  16. Jadi penasaran, Pak SBY dulu waktu kecil cita-citanya jadi apa ya? Jangan-jangan justru mereka yang jadi presiden tak pernah bercita-cita seperti itu. Hehehe...

    Turut berbela sungkawa kepada seluruh korban SSJ100, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan, serta keikhlasan. Amin.

    ReplyDelete
  17. jangan-jangan cita-cita Teh Nchie diwakilkan ke Olive ya?

    cita-cita saya waktu kecil apa ya? karena sering gonta-ganti, jadi lupa mana yang cita-cita mana yang bukan. :)

    kenapa kabur, Teh? ada trantib? ups! hehehe...

    ReplyDelete
  18. banyak jalan dan alasan saat maut datang menjemput.

    ReplyDelete
  19. bahkan terkadang kita sempurna dibuat diam oleh pertanyaan mereka ( anak-anak ) yang tak terduga.

    ReplyDelete
  20. kalau yang terakhir saya juga pengen, Mbak Ririe. Mudah-mudahan ya, kita semua , warga dan pengunjung WB senantiasa bahagia di dunia hingga akhirat. Amin.

    ReplyDelete
  21. Hehehe...Tante Niar bisa aja! Kan kalau kelak Faiz udah jadi pilot, Tante Niar sudah tidak muda lagi. Ups! keceplosan. :)

    ReplyDelete
  22. Benarkah ada yang pengen jadi kecoa atau pemulung? dasar anak-anak!

    ReplyDelete
  23. barangkali perjanjian yang dimaksud adalah telah ditetapkan jenis kelamin, susah bahagianya, rejeki dan juga matinya.

    ReplyDelete
  24. Kalau Mas Ari jadi apa cocok, tentunya yang baik-baik. :)

    ReplyDelete
  25. kalau untuk kita yang sudah tak lagi belia, mungkin harus mulai fokus pada satu tujuan, yaitu kehidupan akhirat. :)

    ReplyDelete
  26. sepertinya memang begitu ya, Kang.

    ReplyDelete
  27. cita2 apa yah.. bingung mo komen.. hehe.. :)

    ReplyDelete
  28. aq juga dulu pengen jadi seniman,, sekarang ternyata ga kesampaian..

    ReplyDelete
  29. bukan ga kesampaian, mungkin belum. tetap berikhtiar, Pak.

    ReplyDelete
  30. waa.. suka nih postingan yang ini (y) :D

    ReplyDelete
  31. ia mati adalah kepastian ...saya suka kata2 ini..tapi sehat selalau yah mas / miss bro

    ReplyDelete
  32. anakku cita citanya juga jadi pilot. walaupun diceritain pesawat bisa jatuh, tetap mau jadi pilot :)

    ReplyDelete


Powered by Blogger.