Semua orang tertarik akan kemakmuran dan berusaha bagaimana meningkatkan kemakmuran mereka. Banyak yang berusaha dengan mencari penghasilan tambahan, atau berusaha ekstra dan mengharapkan bonus atau kenaikan pangkat bahkan ada beberapa dari saudara kita yang mencoba “mengambil” yang bukan merupakan hak nya, agar lebih makmur. Memang secara logika kita, itu adalah hal hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kemakmuran kita, tapi sebenarnya ada satu hal yang terlupakan. Hal yang sebenarnya merupakan kunci untuk meningkatkan kemakmuran anda. melalui tulisan ini saya akan mencoba memberikan pemahaman yang benar tentang kemakmuran
Kaya Belum Tentu Makmur
Sumber: link


Sebelum saya memberikan kunci kemakmuran yang dapat membuat anda menjadi lebih makmur, saya harus memberikan pemahaman akan apa itu kemakmuran. Banyak orang yang mengira bahwa untuk makmur mereka harus menghasilkan banyak uang, atau untuk makmur mereka harus mengurangi pengeluaran dan mengencangkan ikat pinggang. Walaupun mereka melakukan itu, mereka tidak akan dapat makmur karena sebenarnya kemakmuran tidak sesederhana itu. Tanpa memahami kemakmuran yang benar, saya merasa akan percuma anda mengetahui kunci kemakmuran yang akan saya bagikan.

Guru saya pernah mengatakan “Seseorang yang makmur belum tentu kaya dan seseorang yang kaya belum tentu makmur”. Mungkin agak aneh di telinga anda, namun begitulah adanya. Perlu dipahami bahwa kemakmuran adalah pada saat kebutuhan dan hal yang kita perlukan datang pada saat dibutuhkan, dan biasanya datang tanpa usaha yang terlalu berat. Dibawah ini saya akan berikan contoh yang ekstrim antara mereka yang kaya dan mereka yang makmur.
Ada saudara kita yang sangat kaya, anggap saja namanya Wid. Wid menghasilkan ratusan juta rupiah dalam sebulan, namun dia memiliki masalah kemakmuran dan akhirnya tidak dapat dapat menikmati apa yang dapat dihasilkannya. Pada saat Wid memerlukan uang dalam jumlah tertentu untuk membeli sebidang tanah, dia tidak dapat melakukanya. Uang yang dihasilkannya tidak dapat liquid pada saat dibutuhkannya, atau ada gangguan gangguan yang menyebabkan dia tidak dapat membeli tanah itu. Pada kasus ini, saudara kita, Wid, adalah contoh mereka yang kaya namun pada saat itu tidak makmur. Pada saat itu Wid belum memahami apa itu kemakmuran, belum mempraktikan kunci kemakmuran dan belum makmur. 
Pada kasus lain, saudara kita, panggil saja Sani, adalah seorang dengan penghasilan yang tidak sebanyak Wid, namun dengan mudah dia mendapatkan banyak hal. Disaat Sani memerlukan modal dalam usahanya, muncul orang yang dengan suka rela meminjamkan uang, pada saat dia memerlukan tempat tinggal, muncul orang yang secara rela memberikan tempat tinggal. Dalam hal material, pernah juga ada orang yang datang dan dengan suka rela memberikan banyak materi, seperti sepatu dari luar negeri, tiket pesawat, bahkan uang. Tampaknya tidak masuk diakal, namun saya berani menulis ini karena saya melihat dengan mata saya sendiri semua itu terjadi.
Tampak perbedaan yang mencolok dari dua saudara kita itu, Wid yang merupakan orang kaya namun pada saat itu belum makmur, dan Sani yang tidak sekaya Wid namun semua kebutuhan datang pada saat diperlukan. Dari dua saudara kita itu kita dapat belajar bahwa kemakmuran adalah pada saat kebutuhan dan hal yang kita perlukan datang pada saat yang tepat, dan biasanya datang tanpa usaha yang terlalu berat
Jadi jangan berpikir yang penting adalah menjadi kaya, karena kaya belum tentu tercukupi. Mari kita memiliki mindset untuk menjadi makmur, semua kebutuhan terpenuhi dan berkelimpahan. Tentu saja jika semua kebutuhan terpenuhi, kita dapat menabung, berinvestasi dan akhirnya menjadi kaya tanpa meninggalkan kemakmuran kita.

***

Tulisan kiriman: Sarirastho Mahotama Seputra
Akun twitter: @deturastho
Editor: Petrus Andre

Label:

Post a Comment

  1. Terimakasih WB sudah publish artikel saya..

    ReplyDelete
  2. mantap kang... banyak belajar nih dari artikel diatas tentang memaknai sebuah arti kemakmuran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah mau belajar ;) semoga bisa membantu akang jadi makin makmur

      Delete


Powered by Blogger.