Rumus Sederhana Menggunakan Imbuhan [me-}
“Jika suatu hal diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya,” ujar seorang dosen linguistik di muka kelas ketika selesai menyampaikan materinya.
Empat belas pasang mata mahasiswa masih terpatri mengikuti gerak-gerik sang dosen berambut putih yang mulai bersiap untuk pergi. Di dalam ruang sempit itu, mereka mengais sedikit demi sedikit bekal yang, mungkin, bisa dipergunakannya di kemudian hari. Bagi sebagian orang, apa yang mereka pelajari merupakan hal yang membosankan dan tidak terlampau penting. Namun, hey, semua orang butuh bahasa yang baik untuk berkomunikasi.
***
Tahun demi tahun berjalan tanpa henti. Dan, seperti yang sama-sama kita ketahui, dunia blog terus melesat sebagai wadah personal di antara media digital mainstream. Tulisan sebagai produk bahasa, pada akhirnya, menjadi sesuatu yang penting untuk dikuasai. Mulai dari teknik sampai dengan isi. Namun, sayangnya masih banyak sekali narablog yang melakukan kesalahan berulang untuk kata-kata yang dipilih.
Setelah penggunaan kata “di, ke, dari” yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk terus dipelajari, ada juga penggunaan kata dengan imbuhan {me-} yang patut untuk mendapat perhatian lebih. Tampak sederhana, memang. Ah, salah sedikit doang! Eits, kamu bisa mengubah makna kata yang ada di dalam kalimatmu menjadi sejauh Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Baik, kita bisa membagi kata berimbuhan {me-} ke dalam empat kategori.
Imbuhan {me-} dan kata dasar yang berawalan huruf vokal
“Saya memiliki resolusi untuk merubah pola hidup, terutama dalam hal olahraga.”
Walaupun banyak sekali digunakan di mana-mana, bukan berarti kata “merubah” adalah penulisan yang benar. Contohnya, seperti pada kalimat di atas. Kenapa salah? Selama kalian belum menjadi Naruto, kalian tidak bisa merubah yang bermakna menjadi rubah. Lalu, bagaimana dong penulisan yang benar? Tenang, ada rumusnya, kok!
{me-} + kata dasar berawalan huruf vokal = {meng-}
Contoh: mengubah, mengolah, mengamplas, mengoperasi
Imbuhan {me-} dan peluruhan
“Kamu tidak boleh mengkonsumsi makanan itu.”
Kata “mengkonsumsi” juga kerap dipakai dan seolah wajar-wajar saja. Iya, enggak? Hayo, siapa yang masih seringkali menggunakan kata ini? Sebenarnya, huruf “k” di dalam kata “konsumsi” semestinya mengalami peluruhan ketika dia bertemu dengan imbuhan {me-}. Jadilah kata “mengonsumsi” setelahnya sebagai pilihan yang tepat.
Kapan, sih, sebuah kata yang diimbuhi {me-} akan mengalami peluruhan? Pernah mendengar soal keistimewaan kata-kata dasar yang diawali dengan huruf k, t, s, dan p? Iya, ketika kata-kata dasar berawalan huruf k, t, s, dan p diikuti dengan huruf vokal yang kemudian dikenai imbuhan {me-}, mereka akan mengalami peluruhan. Bingung? Rumus sederhananya begini:
{me-} + kata dasar berawalan k diikuti huruf vokal = {meng-}
Contoh: mengarang, mengombinasi, mengurung, mengulik
{me-} + kata dasar berawalan t diikuti huruf vokal = {men-}
Contoh: menari, menanam, menunjuk, meninju
{me-} + kata dasar berawalan s diikuti huruf vokal = {meny-}
Contoh: menyapu, menyontek, menyuruh, menyangka
{me-} + kata dasar berawalan p diikuti huruf vokal = {mem-}
Contoh: memoles, memaku, meminjam, memisah
Imbuhan {me-} dan kata yang terdiri dari satu suku kata
“Ibu memintaku melap meja makan.”
Jika kata dasar terdiri satu suku kata, imbuhan {me-} yang digunakan berubah menjadi {menge-}. Sesederhana itu. Rumusnya seperti ini:
{me-} + kata dengan satu suku kata = {menge-}
Contoh: mengelap, mengebom, mengecat, mengecek
Imbuhan {me-} dan kata dengan gugus konsonan
“Thanos menyukuri hilangnya setengah populasi penduduk alam semesta.”
Kata “menyukuri” di atas sebenarnya tidak tepat. Sebab, kata dasar “syukur” memiliki gugus konsonan “sy”. Apa, sih, yang dimaksud dengan gugus konsonan? Itu, lho, dua huruf konsonan yang berdempet-dempetan kayak muda-mudi baru jadian. Nah, oleh karena itu, kata “syukur” tidak mengalami peluruhan. Ini dia letak keistimewaan lain dari kata-kata dasar yang diawali dengan huruf k, t, s, dan p.
Agar lebih tampak perbedaannya dengan poin nomor dua, lihat rumusnya dulu deh.
{me-} + kata dasar berawalan k diikuti huruf konsonan = {meng-}
Contoh: mengkhawatirkan, mengkhatamkan, mengkreditkan
{me-} + kata dasar berawalan t diikuti huruf konsonan = {men-}
Contoh: mentranfer, mentraktir
{me-} + kata dasar berawalan s diikuti huruf konsonan= {men-}
Contoh: mensyukuri, mensyaratkan, mensponsori
{me-} + kata dasar berawalan p diikuti huruf konsonan = {mem-}
Contoh: memproduksi, mempraktikkan, memprakarsai
Sebagai narablog, bermain dengan kata-kata adalah bekal yang tidak bisa dihindari. Mau bagaimana lagi? Produk yang dihasilkan seorang narablog itu ya berbentuk tulisan, bukan?
Kenapa, sih, harus memikirkan soal begituan? Kalau pesan yang mau disampaikan bisa diterima oleh pembaca, kan, sudah cukup.
Ya, memang, bisa jadi pesan dalam tulisan masih dapat tersampaikan kepada pembaca meski pemakaian kata tidak tepat. Namun, ini bukan semata tentang membuat pembaca paham atau tidak, tapi tentang bagaimana bahasa berdiri sebagai identitas bangsa.
Sebagai narablog, kita punya potensi besar untuk membuat Bahasa Indonesia menjadi berdaya. Bagaimana caranya? Bisa dimulai dengan hal sederhana seperti menerapkan aturan penulisan yang baik dan benar. Karena dengan begitu, kita bisa membuka peluang bagi pembaca untuk merepetisi cara menulis kita. Sebaliknya, jika kita terus berpatokan pada yang-penting-pembaca-saya-paham, maka ada kemungkinan kita membuat referensi kebahasaan orang lain menjadi tidak baik pula. Dan hal itu bisa menjadi keberlangsungan yang entah di mana ujungnya. Cepat atau lambat, seperti yang sudah disinggung di awal, apa kita mau menunggu kehancurannya saja?
Jangan lupa untuk terus menjadi pembaca yang rakus agar bisa menulis dengan baik, ya.
Kamu punya masalah kebahasaan? Tulis, yuk, di kolom komentar. Siapa tahu bisa jadi materi tulisan berikutnya.
Tabik!